Nani Aida

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
KALAH

KALAH

Tantangan hari ke-5

Oleh : Nani Aida

“Aulia dipanggil Ustadz Hanafi, disuruh ke ruang kepala sekolah”, kata Nadia yang tiba-tiba masuk ke kamarku. Ku simpan buku latihan soal-soal seleksi masuk perguruan tinggi yang sedang ku pelajari. Bergeras ku bersiap menuju ruang kepala sekolah. “Ada apa ya Ustadz Hanafi manggil di jam segini ? tidak biasanya ?”, tanyaku dalam hati.

“Assalamu’alaikum”, kuucap salam ketika aku memasuki ruangan Ustadz Hanafi, kepala sekolah SMA di Pondokku. “Wa’alaikumsalam, masuk Aulia”, ku dengar jawaban darinya. Deg, tiba-tiba hatiku berdesir, ketika ku lihat ada Pak Kyai juga di sana. “Ya allah sepertinya masalah serius, sampai Pak Kyai juga ikut hadir”, bisikku dalam hati. Hatiku bergemuruh, bertanya-tanya, “Ada apa gerangan ?”.

**********

Aku ngak bisa tidur malam ini. Pikiranku berkecamuk, hatiku gelisah. Aku ingin sekali mengabulkan permintaan Ustadz Hanafi dan Pak Kyai, untuk ngabdi di pondok ini setelah aku lulus nanti, ingin sekali malah. Tapi impianku sejak kecil pun sangat kuat ingin kutunaikan. “Salahkah aku ya allah, jika aku ingin mewujudkan cita-citaku kuliah di ITB ? Tapi aku ngak enak sama Pak Kyai, dia meminta langsung padaku, ya allah aku harus bagaimana ?”, semua tanya itu terus berputar-putar di kepalaku.

“Kalau menurutku sih, lebih baik kamu mengabdi di sini, ilmu kamu akan sangat bermanfaat. Kan kamu juga bisa sambil kuliah dengan jurusan yang sama, gratis malah karena dibiayai pondok. Hanya beda tempat kuliahnya aja”, kata Sinta temanku memberikan pendapatnya. “Kalau menurutku sih mending kuliah di ITB aja, sayang banget lho, kamu kan yang paling pintar di sini. Dari kelas satu sampai mau lulus sekarang, kamu selalu juara kelas, belum ada yang mengalahkan. Kamu pernah jadi juara II lomba robotic tingkat internasional pula, pasti kamu diterima di ITB deh”, kata Aisyah menimpali. Duuh aku semakin bingung. Ego dan rasa cintaku pada pondok bergantian mempengaruhi hatiku, membuatku bimbang dalam mengambil keputusan.

**********

Bruk, aku terduduk lemas, hp ku terlepas dari tanganku, ketika ku baca hasil pengumuman jalur mandiri yang baru saja ku buka dari internet. Namaku dinyatakan tidak lulus lagi. Hampir semua yang kuikuti semuanya menyatakan aku tidak lulus. Jangankan SNMPTN yang pesertanya banyak dan memang saingannya banyak, bahkan di jalur mandiri yang peminatnya lebih sedikit pun aku gagal. Padahal aku sudah mencoba menekan ego, mencari program D3 yang peminatnya sedikit supaya aku lulus di universitas negeri, setelah sebelumnya gagal terus. Untungnya masih ada yang buka, dan hanya di sana yang masih buka. Aku benar-benar lemas dan terpuruk. Ini harapan terakhirku untuk bisa kuliah di universitas negeri. Aku malu sama teman-temanku, banyak dari mereka yang sudah pamer tempat mereka akan kuliah. Banyak teman-temanku yang prestasinya di bawahku yang mampu lolos di universitas negeri. Sementara aku, si bintang kelas, si jenius, begitu teman-temanku menjulukiku ketika kami masih di pondok dulu. Aku terpuruk di sini.

Air mataku tak mampu ku bendung. Aku kalah ya allah. Aku kalah akan egoku. Padahal Pak Kyai memintaku dengan sangat. Beliau memintaku demi kemajuan pondok dan demi kebermanfaatan ilmuku. Beliau juga sering mengingatkan seluruh santri dengan ceritanya, kalau dulu beliau bercita-cita jadi arsitek, ingin kuliah di ITB, tapi karena orang tuanya memintanya kuliah ilmu agama, beliau tetap kuliah ilmu agama. Beliau lebih memilih membahagiakan dan mencari ridho orang tua dari pada mewujudkan egonya sendiri. Dan terbukti sekarang, Pak Kyai bisa menguasai keduanya. Ilmu agama dia dapat, cita-cita jadi arsitek pun terlaksana. Semua bangunan pondok, yang begitu megah dan indah, dari pondok 1, 2, 3, 4 hingga univesitasnya pun beliau yang membuatkan desainnya. “Ya allah maafkan aku. Pak Kyai maafkan aku”, ratapku di sela tangisku.

Tiba-tiba aku teringat sebuah hadits : “ Tidak termasuk golongan kami, orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama” (HR. Ahmad dan dishahihkan Al Abani dalam Shahih Al Jami)

Aku teringat juga ceramahnya Ustadz yang mengatakan bahwa ada hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Baihaqi, Umar bin Khattab mengatakan :”Tawadhulah kalian terhadap orang yang mengajari kalian”.

Tangisku semakin menjadi. Perasaan menyesalku kian meluluhlantahkan jiwa ragaku. Ya allah aku semakin terpuruk dan merasa tak berguna, karena telah melalaikan permintaan Kyai. Maafkan aku Pak Kyai. Maaf beribu maaf. Akan kuperbaiki semuanya. Aku ingin berkah dari rabbku, lewat berkahmu. Aku ingin berkah dari ilmuku.

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow, kisah yang sarat hikmah. Sukses selalu dan barakallahu fiik

23 Jan
Balas

Aamiin. Makasih Bunda. Sukses dan sehat terus buat Bunda ya

23 Jan

Luar biasa, membuka mata generasi muda untuk berkarya di mana saja, terkhusus di sebuah pondok. Dunia dan akhirat dicapai dalam satu masa kehidupan

23 Jan
Balas

Aamiin. Makasih Bunda

23 Jan

Restu orang tua dan guru yang menyayangi kita sangat besar balasannya. Tulisannya bagus.. Suksea ya

23 Jan
Balas

Aamiin. Makasih Bunda. Barakallah fiik Bun

23 Jan

Mantap bucan

23 Jan
Balas

Makasih Bunda. Sukses selalu buat Bunda

23 Jan

Cerita yg nenarik

23 Jan
Balas

Makasih Pak Iqbal

23 Jan

Indahnya kehidupan ini,...riak dan gelombang terus berjalan dalam keseharian, tidak ada yg kalah atau menang jika kita selalu bersandar dan mengutamakan Allah swt...yg kalah itu kalau kita mengikui hawa napsu syetan... Mengejar cita cita sendiri dan mengikuti saran pak kiyai semuanya baik, dan apapun pilihanmu itu adalah kemenanganmu...yg kalah itu kalau tidak mengambil dari kedua pilihan itu....Wallohu A'lam bissowab ....

23 Jan
Balas

Wow, keren juga tuh

23 Jan

Terbawa arusss

23 Jan
Balas

He..he... Makasih Bunda sudah berkunjung

23 Jan

Kunjungi balik dunk...hehe

23 Jan

Siap Bunda

23 Jan

Allah telah siapkan yang terbaik untukmu, jangan ragu datangilah kiyai itu, dan terimalah tawarannya, yakinlah ada keindahan dibalik kegagalan itu..rahasia Allah tiada yang tahu.

23 Jan
Balas

He..he... iya Bunda. Itu segelintir kisah kakak kelas anakku waktu di pondok, yang diceritakan Pak Kyai pada santrisantrinya. Terima kasih Bunda pencerahannya

23 Jan

Samasama sayang

23 Jan
Balas



search

New Post